Rabu, 07 Oktober 2015

PENILAIAN HASIL BELAJAR SEJARAH

Suharsimi Arikunto (2001: 9-11) mengemukakan bahwa penilaian dilakukan bertujuan: 1) merangsang aktivitas siswa; 2) menemukan penyebab kemajuan atau kegagalan siswa, guru, maupun proses pembelajaran itu sendiri; 3) memberi bimbingan yang sesuai kepada setiap siswa; 4) memberi laporan tentang kemajuan atau perkembangan siswa kepada orangtua dan lembaga pendidikan terkait; dan 5) sebagai feed back program
 Mendukung teori Bloom (1956), Hasan (2005: 225) menganggap perlu melakukan penilaian pembelajaran sejarah atas tiga ranah atau domain yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir manusia yang terdiri dari 6 jenjang yakni
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sistematis, dan evaluasi. 
 Ranah afektif berhubungan dengan pengembangan sikap dan kepribadian yang terdiri atas 5 jenjang yakni: penerimaan, penanggapan,
penghargaan, pengorganisasian, dan penjatidirian. Ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan motorik yang dikendalikan oleh kematangan psikologis dan karena itu sifatnya itu bukan sesuatu yang biologis. Jenjang dari ranah psikomotorik ini adalah persepsi, kesiapan, penanggapan terpimpin, mekanistik, penanggapan yang bersifat kompleks, adaptasi, dan originalitas. 
 Dengan demikian, keberhasilan proses pembelajaran, dapat ditunjukkan dengan hasil pembelajaran. Hasil belajar yang dimaksud adalah terjadinya perubahan dan perbedaan dalam cara berpikir, merasakan, dan kemampuan untuk bertindak serta mendapat pengalaman dalam proses belajar mengajar

Hasil belajar mata pelajaran sejarah mencakup kecakapan akademik (academic skill), kesadaran sejarah (historical awareness), dan nasionalisme (nationalism). Kecakapan akademik menyangkut ranah kognitif yang mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan dalam pembelajaran yang bersumber dari kurikulum yang berlaku. Penilaian kesadaran sejarah (historical awareness) meliputi kemampuan: 1) menghayati makna dan hakekat sejarah bagi masa kini dan masa yang akan datang; 2) mengenal diri sendiri dan bangsanya; 3) membudayakan sejarah bagi pembinaan budaya bangsa; dan 4) menjaga peninggalan sejarah bangsa. Sedangkan aspek nasionalisme (nationalism) menyangkut: 1) perasaan bangga siswa sebagai bangsa Indonesia; 2) rasa cinta tanah air dan bangsa; 3) rela berkorban demi bangsa; 4) menerima kemajemukan; 5) bangga pada budaya yang beraneka ragam; 6) menghargai jasa para pahlawan; dan 7) mengutamakan kepentingan kelompok. Terdapat beberapa sumber yang dapat dijadikan acuan untuk menilai produk pembelajaran sejarah. Savage & Armstrong, dalam Widyoko (2007) 
 Pemilihan teknik penilaian yang digunakan tergantung pada aspek kemampuan yang dinilai. Adapun teknik-teknik penilaian yang dapat dipilih seperti: 1) tes tertulis (pencil and paper test) baik dalam bentuk isian, pilihan ganda, maupun menjodohkan; 2) penilaian unjuk kerja (performance assessment); 3) penugasan (project); 4) produk (product); 5) portopolio (portfolio); 6) inventori sikap (attitude inventories); dan 7) 
 rating scale.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar