Suharsimi
Arikunto (2001: 9-11) mengemukakan bahwa penilaian dilakukan bertujuan: 1)
merangsang aktivitas siswa; 2) menemukan penyebab kemajuan atau kegagalan
siswa, guru, maupun proses pembelajaran itu sendiri; 3) memberi bimbingan yang
sesuai kepada setiap siswa; 4) memberi laporan tentang kemajuan atau
perkembangan siswa kepada orangtua dan lembaga pendidikan terkait; dan 5)
sebagai feed
back program
Mendukung
teori Bloom (1956), Hasan (2005: 225) menganggap perlu melakukan penilaian
pembelajaran sejarah atas tiga ranah atau domain yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir manusia yang terdiri dari 6 jenjang yakni
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sistematis, dan evaluasi.
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir manusia yang terdiri dari 6 jenjang yakni
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sistematis, dan evaluasi.
Ranah
afektif berhubungan dengan pengembangan sikap dan kepribadian yang terdiri atas
5 jenjang yakni: penerimaan, penanggapan,
penghargaan, pengorganisasian, dan penjatidirian. Ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan motorik yang dikendalikan oleh kematangan psikologis dan karena itu sifatnya itu bukan sesuatu yang biologis. Jenjang dari ranah psikomotorik ini adalah persepsi, kesiapan, penanggapan terpimpin, mekanistik, penanggapan yang bersifat kompleks, adaptasi, dan originalitas.
penghargaan, pengorganisasian, dan penjatidirian. Ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan motorik yang dikendalikan oleh kematangan psikologis dan karena itu sifatnya itu bukan sesuatu yang biologis. Jenjang dari ranah psikomotorik ini adalah persepsi, kesiapan, penanggapan terpimpin, mekanistik, penanggapan yang bersifat kompleks, adaptasi, dan originalitas.
Dengan
demikian, keberhasilan proses pembelajaran, dapat ditunjukkan dengan hasil
pembelajaran. Hasil belajar yang dimaksud adalah terjadinya perubahan dan
perbedaan dalam cara berpikir, merasakan, dan kemampuan untuk bertindak serta
mendapat pengalaman dalam proses belajar mengajar
Hasil
belajar mata pelajaran sejarah mencakup kecakapan akademik (academic
skill), kesadaran sejarah (historical
awareness), dan
nasionalisme (nationalism). Kecakapan akademik menyangkut ranah kognitif yang mengacu
pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan dalam
pembelajaran yang bersumber dari kurikulum yang berlaku. Penilaian kesadaran
sejarah (historical
awareness) meliputi kemampuan: 1)
menghayati makna dan hakekat sejarah bagi masa kini dan masa yang akan datang;
2) mengenal diri sendiri dan bangsanya; 3) membudayakan sejarah bagi pembinaan
budaya bangsa; dan 4) menjaga peninggalan sejarah bangsa. Sedangkan aspek
nasionalisme (nationalism) menyangkut: 1) perasaan bangga siswa sebagai bangsa
Indonesia; 2) rasa cinta tanah air dan bangsa; 3) rela berkorban demi bangsa;
4) menerima kemajemukan; 5) bangga pada budaya yang beraneka ragam; 6)
menghargai jasa para pahlawan; dan 7) mengutamakan kepentingan kelompok.
Terdapat beberapa sumber yang dapat dijadikan acuan untuk menilai produk pembelajaran sejarah.
Savage & Armstrong, dalam Widyoko (2007)
Pemilihan
teknik penilaian yang digunakan tergantung pada aspek kemampuan yang dinilai.
Adapun teknik-teknik penilaian yang dapat dipilih seperti: 1) tes tertulis (pencil
and paper test) baik
dalam bentuk isian, pilihan ganda, maupun menjodohkan; 2) penilaian unjuk kerja
(performance
assessment); 3) penugasan (project); 4) produk (product); 5) portopolio (portfolio); 6) inventori sikap (attitude
inventories); dan 7)
rating
scale.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar