1.Kualitas
pembelajaran
dipengaruhi oleh ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran, aktivitas dan kreativitas guru dan siswa dalam proses
belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar akan berkualitas apabila didukung oleh guru yang professional memiliki kompetensi professional, pedagogik, kepribadian, dan sosial (UU Guru dan Dosen Pasal 10).
Di samping itu, kualitas proses pembelajaran juga dapat maksimal jika didukung oleh siswa yang berkualitas (cerdas, memiliki motivasi belajar yang tinggi dan sikap positif dalam belajar), dan didukung sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai. Guru yang profesional akan memungkinkan memiliki kinerja yang baik, begitu pula dengan siswa yang berkualitas memungkinan siswa memiliki perilaku yang positif dalam kegiatan belajar mengajar.
Morrison, Mokashi & Cotter (2006: 4-21) dalam risetnya telah merumuskan 44 indikator kualitas pembelajaran yang reduksi kedalam 10 indikator. Kesepuluh indikator kualitas pembelajaran tersebut meliputi.
1) lingkungan fisik mampu menumbuhkan semangat siswa untuk belajar; 2) suasana pembelajaran kondusif untuk belajar; 3) guru menyampaikan pelajaran dengan jelas dan semua siswa mempunyai keinginan untuk berhasil; 4) guru menyampaikan pelajaran secara sistematis dan terfokus; 5) guru menyajikan materi dengan bijaksana; 6) pembelajaran bersifat riil (autentik dengan permasalahan yang dihadapi masyarakat dan siswa); 7) ada penilaian diagnostik yang dilakukan secara periodik ; 8) membaca dan menulis sebagai kegiatan yang esensial dalam pembelajaran; 9) menggunakan pertimbangan yang rasional dalam memecahkan masalah; 10) menggunakan teknologi pembelajaran, baik untuk mengajar maupun kegiatan belajar siswa.
komponen-komponen sikap terhadap pelajaran sejarah dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Komponen kognisi
Komponen kognitif dikonseptualisasikan sebagai kepercayaan atau pengetahuan seseorang tentang suatu objek atau pribadi. Komponen ini adalah bagian sikap siswa yang timbul berdasarkan pemahamannya terhadap pelajaran sejarah
b. Komponen afeksi
Komponen afektif dikonseptualisasikan sebagai kesukaan atau ketidaksukaan seseorang terhadap suatu objek atau pribadi Oleh karena itu komponen sikap siswa ini muncul berdasarkan apa yang dirasakan siswa baik suka maupun tidak suka terhadap pelajaran sejarah. Komponen afeksi ini menerangkan apa yang dirasakan siswa pada saat dihadapkan pada pelajaran sejarah.
C.Komponen konasi
Komponen konasi dikonseptualisasikan sebagai tingkah laku seseorang, baik perbuatan maupun ucapan yang ditunjukkan pada objek atau pribadi Sikap konasi siswa ditunjukkan melalui tindakan seperti aktif dan kreatif dalam mengikuti pelajaran sejarah, senang mengerjakan tugas mata pelajaran sejarah, menunjukkan sikap kritis, dan lain sebagainya
2. motivasi berprestasi
Dalam terminologi Mc. Donald (dalam Sardiman AM, 2003: 73), motivasi diartikan sebagai suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ”feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dalam konsepsi ini mengandung tiga elemen penting: pertama, bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem neurophysiological yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia meskipun motivasi itu muncul dalam diri manusia, penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. Kedua, motivasi diawali dengan munculnya rasa atau feeling seseorang. Dalam konsepsi ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. Ketiga motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Dengan demikian motivasi ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan.
Adapun ciri-ciri motivasi berprestasi dapat direduksi menjadi empat komponen indikator yakni: 1) berorientasi pada keberhasilan, 2) bertanggung jawab, 3) inovatif, dan 4) mengantisipasi kegagalan.
dipengaruhi oleh ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran, aktivitas dan kreativitas guru dan siswa dalam proses
belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar akan berkualitas apabila didukung oleh guru yang professional memiliki kompetensi professional, pedagogik, kepribadian, dan sosial (UU Guru dan Dosen Pasal 10).
Di samping itu, kualitas proses pembelajaran juga dapat maksimal jika didukung oleh siswa yang berkualitas (cerdas, memiliki motivasi belajar yang tinggi dan sikap positif dalam belajar), dan didukung sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai. Guru yang profesional akan memungkinkan memiliki kinerja yang baik, begitu pula dengan siswa yang berkualitas memungkinan siswa memiliki perilaku yang positif dalam kegiatan belajar mengajar.
Morrison, Mokashi & Cotter (2006: 4-21) dalam risetnya telah merumuskan 44 indikator kualitas pembelajaran yang reduksi kedalam 10 indikator. Kesepuluh indikator kualitas pembelajaran tersebut meliputi.
1) lingkungan fisik mampu menumbuhkan semangat siswa untuk belajar; 2) suasana pembelajaran kondusif untuk belajar; 3) guru menyampaikan pelajaran dengan jelas dan semua siswa mempunyai keinginan untuk berhasil; 4) guru menyampaikan pelajaran secara sistematis dan terfokus; 5) guru menyajikan materi dengan bijaksana; 6) pembelajaran bersifat riil (autentik dengan permasalahan yang dihadapi masyarakat dan siswa); 7) ada penilaian diagnostik yang dilakukan secara periodik ; 8) membaca dan menulis sebagai kegiatan yang esensial dalam pembelajaran; 9) menggunakan pertimbangan yang rasional dalam memecahkan masalah; 10) menggunakan teknologi pembelajaran, baik untuk mengajar maupun kegiatan belajar siswa.
komponen-komponen sikap terhadap pelajaran sejarah dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Komponen kognisi
Komponen kognitif dikonseptualisasikan sebagai kepercayaan atau pengetahuan seseorang tentang suatu objek atau pribadi. Komponen ini adalah bagian sikap siswa yang timbul berdasarkan pemahamannya terhadap pelajaran sejarah
b. Komponen afeksi
Komponen afektif dikonseptualisasikan sebagai kesukaan atau ketidaksukaan seseorang terhadap suatu objek atau pribadi Oleh karena itu komponen sikap siswa ini muncul berdasarkan apa yang dirasakan siswa baik suka maupun tidak suka terhadap pelajaran sejarah. Komponen afeksi ini menerangkan apa yang dirasakan siswa pada saat dihadapkan pada pelajaran sejarah.
C.Komponen konasi
Komponen konasi dikonseptualisasikan sebagai tingkah laku seseorang, baik perbuatan maupun ucapan yang ditunjukkan pada objek atau pribadi Sikap konasi siswa ditunjukkan melalui tindakan seperti aktif dan kreatif dalam mengikuti pelajaran sejarah, senang mengerjakan tugas mata pelajaran sejarah, menunjukkan sikap kritis, dan lain sebagainya
2. motivasi berprestasi
Dalam terminologi Mc. Donald (dalam Sardiman AM, 2003: 73), motivasi diartikan sebagai suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ”feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dalam konsepsi ini mengandung tiga elemen penting: pertama, bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem neurophysiological yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia meskipun motivasi itu muncul dalam diri manusia, penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. Kedua, motivasi diawali dengan munculnya rasa atau feeling seseorang. Dalam konsepsi ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. Ketiga motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Dengan demikian motivasi ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan.
Adapun ciri-ciri motivasi berprestasi dapat direduksi menjadi empat komponen indikator yakni: 1) berorientasi pada keberhasilan, 2) bertanggung jawab, 3) inovatif, dan 4) mengantisipasi kegagalan.
3.
Sarana Pembelajaran Sejarah
Di samping faktor kemampuan pengajar, pengembangan strategi belajar mengajar, sangat berkaitan erat dengan tersedianya fasilitas dan kelengkapan kegiatan belajar mengajar atau sarana pembelajaran, baik yang bersifat statis (seperti gambar, model, dan lain sebagainya) ataupun yang bersifat dinamis (seperti kehidupan yang nyata di sekitar peserta didik) (Widja, 1989: 37). Ini berarti, dalam pengembangan strategi pembelajaran sejarah, harus sudah diperhitungkan pula fasilitas atau sarana yang ada (perlu diadakan), sebab tanpa memperhitungkan itu semua, suatu strategi yang betapapun direncanakan dengan baik akan tidak efektif pula hasilnya.
Di samping faktor kemampuan pengajar, pengembangan strategi belajar mengajar, sangat berkaitan erat dengan tersedianya fasilitas dan kelengkapan kegiatan belajar mengajar atau sarana pembelajaran, baik yang bersifat statis (seperti gambar, model, dan lain sebagainya) ataupun yang bersifat dinamis (seperti kehidupan yang nyata di sekitar peserta didik) (Widja, 1989: 37). Ini berarti, dalam pengembangan strategi pembelajaran sejarah, harus sudah diperhitungkan pula fasilitas atau sarana yang ada (perlu diadakan), sebab tanpa memperhitungkan itu semua, suatu strategi yang betapapun direncanakan dengan baik akan tidak efektif pula hasilnya.
Sarana
pembelajaran meliputi ruang belajar, media pembelajaran dan sumber belajar.
Pemanfaatan media pembelajaran secara optimal dapat mempertinggi kualitas proses belajar mengajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil belajar
Pemanfaatan media pembelajaran secara optimal dapat mempertinggi kualitas proses belajar mengajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil belajar
4. Suasana Pembelajaran
Suasana pembelajaran merupakan salah satu indikator penting yang berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran, di samping faktor-faktor pendukung lainnya. Dikatakan Hyman dalam (Hadiyanto & Subiyanto 2003: 8) dijelaskan bahwa iklim pembelajaran yang kondusif antara lain dapat mendukung: (1) interaksi yang bermanfaat di antara peserta didik, (2) memperjelas pengalaman-pengalaman guru dan peserta didik, (3) menumbuhkan semangat yang memungkinkan kegiatan-kegiatan di kelas berlangsung dengan baik, dan (4) mendukung saling pengertian antara guru dan peserta didik.
Suasana pembelajaran merupakan salah satu indikator penting yang berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran, di samping faktor-faktor pendukung lainnya. Dikatakan Hyman dalam (Hadiyanto & Subiyanto 2003: 8) dijelaskan bahwa iklim pembelajaran yang kondusif antara lain dapat mendukung: (1) interaksi yang bermanfaat di antara peserta didik, (2) memperjelas pengalaman-pengalaman guru dan peserta didik, (3) menumbuhkan semangat yang memungkinkan kegiatan-kegiatan di kelas berlangsung dengan baik, dan (4) mendukung saling pengertian antara guru dan peserta didik.
indikator
suasana pembelajaran dalam penelitian ini meliputi kekompakan siswa (student
cohesiveness) dalam
kelas, keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar (student
involvement), kepuasan siswa selama
kegiatan pembelajaran (student satisfaction), dan dukungan guru (teacher support) dalam proses
pembelajaran di kelas
5. Kinerja Guru
Faktor guru merupakan salah satu variabel input yang berpengaruh terhadap pencapaian kualitas pembelajaran. Proses pembelajaran akan menunjukkan kualitas tinggi apabila didukung oleh segala kesiapan input termasuk kinerja guru yang maksimal dalam kegiatan belajar mengajar. Nana Sudjana (2002: 42) dalam 73
penelitiannya menyampaikan tesis bahwa 76,6% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kinerja guru, dengan rincian: kompetensi guru mengajar memberikan sumbangan 32.43%, penguasaan materi pelajaran memberikan sumbangan 32.38% dan sikap guru terhadap mata pelajaran memberikan sumbangan 8.60%. Faktor guru adalah faktor yang sangat mempengaruhi terutama dilihat dari kemampuan guru mengajar serta kelayakan guru itu sendiri.
Faktor guru merupakan salah satu variabel input yang berpengaruh terhadap pencapaian kualitas pembelajaran. Proses pembelajaran akan menunjukkan kualitas tinggi apabila didukung oleh segala kesiapan input termasuk kinerja guru yang maksimal dalam kegiatan belajar mengajar. Nana Sudjana (2002: 42) dalam 73
penelitiannya menyampaikan tesis bahwa 76,6% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kinerja guru, dengan rincian: kompetensi guru mengajar memberikan sumbangan 32.43%, penguasaan materi pelajaran memberikan sumbangan 32.38% dan sikap guru terhadap mata pelajaran memberikan sumbangan 8.60%. Faktor guru adalah faktor yang sangat mempengaruhi terutama dilihat dari kemampuan guru mengajar serta kelayakan guru itu sendiri.
Kompetensi
guru SMA meliputi:
1) penguasaan bidang studi atau bahan ajar;
2) pemahaman karakteristik peserta didik;
3) penguasaan pengelolaan pembelajaran;
4) penguasaan metode dan strategi pembelajaran;
5) penguasaan penilaian hasil belajar siswa; dan 6) memiliki kepribadian dan wawasan pengembangan profesi.
1) penguasaan bidang studi atau bahan ajar;
2) pemahaman karakteristik peserta didik;
3) penguasaan pengelolaan pembelajaran;
4) penguasaan metode dan strategi pembelajaran;
5) penguasaan penilaian hasil belajar siswa; dan 6) memiliki kepribadian dan wawasan pengembangan profesi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar